Kamis, 25 Oktober 2007

Pemanfaatan RFID (Radio Frequancy Identification)

Pada Industri Penggemukan Sapi (Fattening)

dan Industri Pembibitan Sapi (Breeding)

Pendahuluan

Sesuai dengan namanya, RFID adalah sistem identifikasi dengan memanfaatkan gelombang radio (pada frekwensi tertentu). Sistem ini merupakan salah satu alternatif dari beberapa sistem identifikasi lainnya yang saat ini dikenal ; BarCode, Sidik Jari, Suara, Retina, dll. RFID juga sering di identikan dengan EID (Electronic Identification), yang secara prinsip kerja keduanya memang memiliki kesamaan.

Prinsip kerja RFID melibatkan 2 (dua) komponen yang masing-masing bertindak sebagai TransReceiver (Transmiter dan Receiver) yaitu :

Ø RFID Label (aktif atau pasif) baik berbentuk Card maupun bentuk lainnya (EarTag, Kancing, Jam Tangan, dll.) yang didalamnya ditanam sebuah MicroChip yang berisi data identitas elektronis, dan

Ø RFID Reader yang akan membaca RFID Label pada jarak tertentu sesuai dengan panjang gelombang dan frekwensi yang digunakan.

(bayangkan penggunaan BarCode yang melibatkan BarCode Label -- yang menempel pada barang -- dan BarCode Scanner yang terhubung dengan Komputer).

Aplikasi dilapangan

Berbeda dengan sistem BarCode yang mengharuskan Label berada dekat didepan Reader, serta kondisi Label harus bersih sehingga dapat dibaca oleh Reader, sistem RFID selain menerapkan pola radius (360°) - dimana Reader akan membaca setiap Label yang berada dalam radius/jarak tertentu - juga memungkinkan Label/MicroChip berada dalam media lainnya. Karenanya sistem RFID bisa dikatakan “lebih sensitif” dan dapat lebih menjaga kerahasiaan identitas.

Salah satu penyedia sistem RFID untuk identifikasi hewan adalah AVID (http://www.avidmicrochip.com). Mereka menjamin bahwa dengan cara pemasangan MicroChip yang disuntikan dibawah kulit tidak akan menimbulkan efek samping.

Hasil surfing di Internet dengan key-word “RFID Peternakan Sapi” memperlihatkan belum ada peternakan sapi (Fattening / Breeding) di Indonesia yang mengaplikasikan RFID dalam menunjang aktifitas bisnisnya. Padahal di negara asal sapi-sapi tersebut (Australia), teknologi ini sudah umum digunakan sejak beberapa tahun yang lalu.

Hal ini berbeda dengan Peternakan Domba. Dengan alasan kita tidak mau ada peternak lain yang mengaku menghasilkan anakan dari domba-domba kita secara tidak resmi. Kita akan mengeluarkan sertifikat serta microchip ID untuk pembeli yang membeli domba dari kandang kita”, salah satu peternakan (Breeding) Domba Garut mengaplikasikan RFID untuk kebutuhan identifikasi hasil produksi-nya.

RFID on Fattening

Dari gambar diatas bisa dilihat bahwa ketika sapi masuk kedalam rumah timbangan, maka selain data timbang (berat), data identitas sapi (Shipment, Ras, Sex, No.EarTag) juga akan secara otomatis tercatat di komputer, sehingga diperoleh peningkatan kecepatan kinerja dengan akurasi yang lebih tinggi.

RFID on Breeding

Mengingat intensitas mutasi (baik karena kebuntingan maupun usia sapi) cukup tinggi, maka dengan menempatkan RFID Reader pada setiap pintu masuk kandang, pencatatan identitas setiap sapi yang masuk dan keluar akan dilakukan secara otomatis, sehingga lebih memudahkan dalam monitoring populasi sapi pada setiap kandang.

Microchip RFID

Untuk meminimalisasi biaya, kita dapat menggunakan MicroChip RFID berbentuk kancing dan menempatkannya pada EarTag sehingga ketika sapi tersebut keluar (terjual) maka microchip tersebut masih dapat digunakan untuk sapi lainnya (re-usable).

Bandung, Oktober 2007

sodik.ihwan@yahoo.co.id

Perawatan dan Perbaikan Timbangan

Solusi Dalam Menunjang Industri Peternakan dan Pertanian

Pendahuluan

Melanjutkan tulisan sebelumnya yang berjudul Pentingnya Penimbangan dalam Industri Peternakan, mudah-mudahan uraian berikut ini dapat menjadi pelengkap dan bermanfaat khususnya bagi rekan-rekan dibidang peternakan dan pertanian, mengingat timbangan merupakan alat ukur yang keberadaannya memiliki peran yang cukup penting dalam industri peternakan dan pertanian modern.

Masalah Yang Biasa Terjadi

Baik karena usia pakai maupun penyebab lainnya, adakalanya timbangan yang digunakan kemudian bermasalah sehingga berpengaruh terhadap akurasi penimbangan. Hal ini biasanya cukup merepotkan karena bisa jadi penimbangan yang seharusnya 10Kg disebutkan 9Kg atau 11Kg. Ini tentu tidak bagus terlebih ketika dihubungkan dengan penjualan ternak atau penjualan hasil pertanian yang dimana berat merupakan faktor pengali untuk menghitung total harga jual.

Masalah perbedaan perhitungan berat pada timbangan biasanya terbagi menjadi 2 yaitu perbedaan konstan --dimana selisih berat selalu tetap untuk setiap penimbangan (misal : beban 10Kg disebutkan 11Kg, 20Kg disebutkan 21Kg, 40Kg disebutkan 41Kg, dst.) -- dan perbedaan akumulatif yang ditunjukan dengan berubahnya selisih berat pada setiap penimbangan (misal : 10Kg disebutkan 11Kg, 20Kg disebutkan 22Kg, 40Kg disebutkan 44Kg, dst.).

Alternatif Penyelesaian

Ø Mengabaikan (sementara)

Tentunya bukan pilihan bijak karena menjadi “bom waktu” yang setiap saat siap meledak. Pertimbangkan juga citra peternakan sebagai dampaknya.

Ø Membeli (timbangan baru)

Merupakan pilihan mudah walau kadang tidak murah, perhatikan anggaran dan pertimbangkan timbangan bekasnya yang biasanya hanya akan menjadi sampah. Selektif dalam memilih timbangan baru karena tidak semua timbangan memiliki feature LiveWeighing/AniwalWeighing dengan Hold Function

Ø Perbaikan / Service

Solusi dengan biaya yang biasanya lebih murah walau kadang tidak mudah, karena tidak semua vendor timbangan memiliki agen/perwakilan di Indonesia terutama untuk service.

Menurut agen resmi RuddWeigh/Gallagher, untuk perbaikan mereka akan mengirimnya ke New Zealand sehingga memerlukan waktu yang tidak sebentar.

Perawatan : Sebaiknya Diperhatikan

Pada dasarnya perangkat timbangan terbagi dalam 2 atau 3 bagian, yaitu : LoadCell, WeighIndicator, dan Koneksi antara keduanya. Kecuali pada kasus tertentu, biasanya jarang terjadi ketiga bagian tersebut bermasalah pada saat bersamaan, karenanya identifikasi harus dilakukan untuk menentukan bagian mana yang sebetulnya bermasalah.

Seperti halnya mesin pada umumnya, timbangan juga memerlukan perawatan untuk menjaga kestabilan fungsinya, dan berikut ini hal yang sebaiknya diperhatikan dalam perawatan timbangan:

ü Pastikan LoadCell dalam kondisi bersih dan kering

Beberapa peternakan menggunakan timbangan dengan LoadCell diatas sehingga selain loadcell lebih bersih karena tidak terkena kotoran ternak juga lebih mudah dalam perawatan.

ü Pastikan WeighIndicator dalam kondisi bersih dan kering

ü Pastikan kabel antara LoadCell dan WeighIndicator dalam kondisi baik (tidak terkelupas)

ü Sebaiknya gunakan stabilizer apabila sumber listrik diketahui kurang stabil

ü Secara periodik melakukan kalibrasi dan tera

Salam...

Pentingnya Penimbangan dalam Industri Peternakan

Pendahuluan

Mencermati tulisan pada Blog http://dombagarut.blogspot.com/ hari Minggu tanggal 30 September 2007 dengan judul Distribusi Ternak, dimana salah satu uraian-nya membahas mengenai adanya penurunan berat ternak pada saat distribusi yang dilakukan baik pada pagi/siang/sore maupun malam hari, baik karena adanya stres selama dalam pejalanan terlebih karena kapasitas angkut yang berlebih, kiranya relevan apabila dalam kesempatan ini kita juga membahas tentang penimbangan dan perangkat penimbangan, karena timbangan merupakan alat ukur yang memberikan output berat.

Selain dalam distribusi ternak, parameter berat ternak juga sangat diperlukan dalam mengukur prestasi produksi ternak. Sebagai contoh, untuk menghitung ADG (Average Daily Gain) atau PBB (Pertumbuhan Berat Badan) maka parameter berat ternak mutlak diperlukan. Selain itu pada saat penerimaan/pembelian dan pengeluaran/penjualan, parameter berat ternak juga diperlukan untuk menghitung harga beli dan harga jual.

Timbangan Mekanik vs Timbangan Digital

Dari tulisan yang dimuat oleh Republika hari Sabtu 05 Maret 2005 disebutkan bahwa dibandingkan dengan timbangan mekanik, timbangan digital memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi. Hal ini dapat dimengerti mengingat sekalipun cara kerja baik timbangan mekanik maupun timbangan digital memiliki kesamaan – yaitu menghitung regangan yang terjadi pada saat penimbangan – namun sampai saat ini timbangan mekanik apabila diperhatikan lebih banyak diwakili oleh garis daripada angka. Sementara pada timbangan digital, angka berat penimbangan secara langsung divisualisasikan sehingga lebih mudah dalam pembacaan berat penimbangan. Karenanya penggunaan timbangan digital saat ini tidak hanya pada industri skala besar, tapi industri kecilpun sudah banyak yang mengunakannya. Sebagai contoh, pedagang kain di Kawasan Niaga Tekstil Cigondewah – Bandung, dan pedagang daging di Pasar Induk Caringin – Bandung.

Berikut adalah formula yang digunakan dalam perhitungan regangan (sumber : wikipedia)

Perangkat Penimbangan (Timbangan Digital)

Pada dasarnya timbangan digital terdiri dari LoadCell atau Transducer – yang akan memberikan nilai regangan pada saat penimbangan – dan WeighIndicator atau Display – yang berfungsi untuk “menterjemahkan” regangan yang terjadi pada LoadCell dan mengubahnya menjadi nilai berat. Dan pada aplikasinya dilapangan khususnya dalam penimbangan ternak, LoadCell biasa dikemas dalam bentuk LoadBar (sering juga disebut beam).

Dibandingkan LoadCell, WeighIndicator memiliki sistem kerja yang lebih komplek. Karena apabila LoadCell “hanya” memberikan nilai regangan dalam besaran volt, WeighIndicator selain harus “menterjemahkan” nilai regangan tersebut menjadi angka (diwakili oleh chip Analog to Digital Converter), juga harus memiliki chip Display Controller yang berfungsi untuk memvisualisasikan angka berat penimbangan, yang tentunya kedua chip tersebut “dipandu dan dikoordinasikan” oleh BIOS (Basic Input Output System). Bahkan beberapa WeighIndicator juga “melengkapi diri” dengan chip Communication Controller sehingga WeighIndicator memungkinkan untuk dapat berkomunikasi dengan Printer maupun Komputer untuk secara langsung mencetak berat hasil penimbangan maupun untuk komputerisasi dan otomatisasi penimbangan.

Static Weighing vs Dynamic Weighing

Menimbang benda hidup (baca : ternak) tentunya berbeda dengan menimbangan benda mati. Karena dalam menimbang benda mati tidak akan terjadi pergerakan benda yang ditimbang (static), sementara dalam menimbang ternak rasanya jarang sekali saya mendapati ternak yang diam 100% (dynamic). Dan karenanya timbangan untuk ternak berbeda dengan timbangan untuk benda mati.

Dalam timbangan ternak dikenal istilah LiveWeighing atau AnimalWeighing dimana fungsi ini kemudian diterjemahkan sebagai fungsi Hold (sering juga disebut Lock, atau di farm juga dikenal dengan istilah Get), baik Manual Hold maupun Automatic Hold.

Secara harfiah, fungsi Hold ini akan “menahan” atau “mengunci” berat ternak yang ditimbang sehingga nilai berat tersebut tidak berubah ketika ternak tersebut bergerak atau mengamuk (karena stress). Fungsi inilah yang tidak dimiliki oleh timbangan untuk benda mati. Sehingga pernah ada farm yang “memaksakan diri” menggunakan static weighing untuk timbangan ternaknya, efeknya selain kinerja menjadi lebih lama (karena harus menunggu posisi ternak nyaris diam), juga ketika penjualan ternak seringkali terjadi perdebatan antara petugas penimbang dengan customer dikarenakan pencatatan berat yang selalu berubah karena ternak yang tidak mau diam.

Khusus untuk AnimalWeighing, saat ini banyak pilihan merk/brand : RuddWeigh/Gallagher (Australia/New Zealand), True Test (New Zealand), CAS (Korea), Rinstrum (Australia), dll.

Berikut ini tips ketika kita akan membeli timbangan, selain tentunya kualitas menjadi faktor utama.

ü Perhatikan legalitas

Jangan hanya karena fitur AnimalWeighing kemudian kita melanggar hukum. Banyak produk hukum yang membahas legalitas Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UUTP), termasuk sanksi apabila kita melanggarnya. Untuk mengecek legalitas timbangan kita dapat menghubungi Direktorat Metrologi yang beralamat di Jl. Pasteur 27 Bandung.

ü Pastikan layanan purna jual

Tidak sedikit produsen yang belum memiliki service/sole agent di Indonesia, sehingga ketika terjadi masalah biasanya cukup sulit bahkan seringkali kemudian hanya menjadi “bangkai tak terpakai”. Pastikan layanan purna jual untuk perawatan maupun perbaikan, karena timbangan adalah aset alat ukur yang diperlukan untuk menghasilkan parameter dalam industri peternakan.

ü Sesuaikan anggaran

Bervariasinya produk menuntut kita untuk jeli dalam memilih. Sesuaikan anggaran dengan kebutuhan (bukan keinginan) tanpa melupakan rencana pengembangan kedepan, sehingga investasi yang dikeluarkan bermanfaat untuk jangka panjang.

ü Tentukan parameter

Pernah terjadi di salah satu peternak sapi bahwa timbangan yang dibelinya hanya berkapasitas 1ton (1.000Kgs), padahal rumah timbangan sendiri beratnya rata-rata 500kgs, dan berat sapi banyak yang lebih dari 500Kgs. Sepintas masalah tersebut tidak akan terlihat karena pada setiap WeighIndicator dilengkapi dengan Zero Function, tapi ketika dirunut berkenaan dengan kualitas bahan baku LoadCell yang tentunya berdeda untuk setiap besaran kapasitas, masalah mulai muncul.

Tentukan kapasitas dan resolusi timbangan serta parameter lainnya sesuai kebutuhan.

Sebaiknya Hindari Pencatatan Manual

Pencatatan data timbang yang dilakukan secara manual selain rawan terjadinya human error (salah tulis atau tulisan tidak terbaca sehingga berpengaruh terhadap pencatatan berikutnya), juga memungkinkan untuk terjadinya kecurangan (misal : untuk kepentingan pribadi, berat ternak ditulis berbeda dengan berat sebenarnya). Karenanya disarankan untuk menggunakan timbangan yang – minimal – memiliki fungsi komunikasi dengan Printer sehingga data timbang akan otomatis dicetak.

Sekilas Mengenai Legalitas Timbangan

Secara umum, ketika seorang distributor menemukan produk baru maka setelah dijalin komunikasi selanjutnya distributor akan mengimport produk (biasanya cukup 2pcs, 1 untuk pengujian di Metrologi, dan 1 lagi untuk ujicoba internal distributor). Dan setelah lulus uji metrologi, akan dikeluarkan surat keterangan yang menyatakan bahwa timbangan tersebut layak untuk digunakan di Indonesia (Ijin Type)

Untuk import berikutnya (biasanya dalam quantity yang lebih banyak / melihat peluang market), distributor dapat menyampaikan permohonan kepada Metrologi untuk membuat turunan Ijin Type tersebut, dimana bukti Ijin Type harus dibawa untuk kebutuhan Tera (Pertama/sebelum timbangan digunakan untuk kebutuhan operasional), yang kemudian hasil tera selain ditunjukan dengan adanya bukti tera pada timbangan juga ditunjukan dengan Surat Keterangan Hasil Pengujian (SKHP), dan selanjutnya timbangan wajib di Tera Ulang (setiap 1 tahun).

Terlepas dari benar atau tidaknya informasi bahwa RuddWeigh/Gallagher dan True Test yang beredar di Indonesia banyak yang tidak dilengkapi dengan Ijin Type, berdasarkan pengamatan lapangan dan informasi yang diperoleh dari rekan-rekan di farm, jenis timbangan tersebut bisa dikatakan paling banyak digunakan terutama untuk peternakan sapi. Hal ini mungkim sangat berkaitan dengan kenyataan bahwa sapi-sapi di kita lebih banyak sapi import dari Australia.

Aplikasi Dilapangan

Selain untuk penimbangan ternak, industri peternakan juga memerlukan timbangan untuk pakan baik dalam satuan kecil (karung) maupun dalam jumlah yang banyak (mobil) sehingga penimbangan dilakukan bersamaan dengan kendaraan pengangkutnya.

Berikut ini adalah beberapa contoh pengaplikasian timbangan pada industri peternakan